Setiap tanggal 10 Dzulhijjah dalam hitungan tahun Masehi setiap umat
muslim di seluruh dunia merayakan Hari Raya Idul Adha. Banyak juga yang
menyebutnya dengan Hari Raya Haji karena pada tanggal tersebut umat
islam sedang melaksankan ibadah haji utama dengan wuquf di padang
Arafah. Selain itu pada tanggal ini juga disebut sebagai Hari Raya
Qurban karena pada saat itu umat islam menyembelih qurban dan kemudian
dibagi-bagikan kepada yang berhak menerimanya. Namun, bagaimanakah
sebenarnya sejarah Hari Raya Idul Adha atau Hari Raya Qurban ini?
Berikut ini adalah ulasannya.
Awal mula dari Qurban ini adalah ketika Nabi Ibrahim as mengalami mimpi
yang terjadi secara berturut-turut. Dalam mimpi tersebut, Nabi Ibrahim
mendapatkan perintah dari Allah SWT untuk menyembelih putera
kesayangannya, Ismail. Ismail merupakan putera semata wayang dari Nabi
Ibrahim yang sangat disayangi serta ditunggu selama bertahun-tahun untuk
mendapatkannya. Hati Ibrahim sangat gundah gulana memikirkan mimpi yang
telah dialaminya tersebut. Ismail adalah sosok anak yang penurut, patuh
kepada orangtua dan perintah Allah. Selain itu, Ismail juga merupakan
anak yang ceria dan memiliki pemikiran yang cerdas.
Saat itu, Ismail sudah diangkat menjadi seorang nabi dan berumur sekitar
13 tahun. Nabi Ibrahim tidak dapat berbuat apa-apa karena itu merupakan
perintah dari Allah SWT. Lalu, datanglah ia menemui Ismail untuk
menyampaikan perintah Allah bahwa Ia harus menyembelih anaknya tersebut.
Akan tetapi di luar dugaan, ternyata Ismail justru mengamini perintah
dalam mimpi ayahnya tersebut. Dirinya tidak merasa takut atau marah
kepada ayah kandungnya. Hal tersebut dikarenakan mimpi itu merupakan
wahyu dari Allah SWT.
Mendengar jawaban dari anaknya tersebut membuat Ibrahim terkejut. Ia
tidak menyangka anak kesayangannya itu begitu ikhlas untuk menerima
perintah dari Allah SWT. Akan tetapi, perintah tersebut bukanlah hal
yang mudah bagi Ibrahim. Itu dikarenakan setan terus menggoda dirinya
agar membatalkan perintah itu. Namun, usaha yang dilakukan oleh setan
itu gagal, ia tidak berhasil menggoda Ibrahim. Begitu pula yang terjadi
ketika setan menggoda Ismail, mereka juga mengalami kegagalan. Tidak
ingin menyerah, setan kemudian menggoda isteri Nabi Ibrahim akan tetapi
usaha tersebut pun tetap tidak berhasil.
Pada hari H, yakni tanggal 10 Dzulhijjah, Nabi Ibrahim dan puteranya
pergi ke tanah lapang untuk menjalankan perintah Allah tersebut. Agar
Ismail tidak merasakan sakit ketika disembelih, Ibrahim mempersiapkan
pedang yang diasah dengan sangat tajam. Dalam perjalanan menuju tempat
penyembelihan, setan terus menggoda Ibrahim dan Ismail untuk membatalkan
perintah Allah tersebut. Setan menggoda nabi Ismail dengan mengatakan
bahwa nabi Ibrahim hanya membawa ia untuk dibunuh. Namun, mengingat nabi
Ismail sudah diangkat menjadi nabi, ia tidak gentar dan berkata bahwa
dirinya siap untuk melakukan perintah Allah SWT.
Iblis tidak kehabisan akal untuk menggoda keduanya. Namun, tiba-tiba
nabi Ibrahim dan Ismail mengambil beberapa kerikil di tanah dan
melemparkannya ke arah iblis dengan mengucapkan “Bismillahi Allahu
Akbar”. Prosesi inilah yang kemudian dikenal sebagai prosesi lempar
jumrah.
Di luar dugaan, ternyata Nabi Ismail sudah benar-benar siap untuk
disembelih oleh ayahnya. Ia merasa siap karena itu merupakan perintah
dari Allah SWT. Bahkan Ismail meminta ayahnya untuk menutup wajahnya
agar nabi Ibrahim tidak merasa iba ataupun ragu untuk melaksanakan
perintah dari Allah SWT. Kemudian, Ismail juga meminta nabi Ibrahim
untuk menajamkan pedangnya serta memberikan beberapa wasiat jika ia
telah meninggal nantinya. Karena mendengarkan perkataan serta permintaan
nabi Ismail tersebut, nabi Ibrahim mengatakan bahwa nabi Ismail adalah
kawan terbaik dalam melaksanakan perintah dari Allah SWT.
Namun, ketika nabi Ibrahim mulai menggoreskan pedangnya, pedang tersebut
selalu terpental. Ismail kemudian berkata bahwa dirinya ingin tali
pengikat yang ada di tangan dan kakinya dilepas. Hal itu dilakukan agar
malaikat dapat menyaksikan bahwa ia taat kepada Allah SWT. Peristiwa
yang terjadi selanjutny adalah peristiwa tradisional yang menjadi
sejarah hari raya Idul Adha (hari Raya Qurban) yaitu ketika nabi Ismail
ditukar dengan seekor domba oleh Allah SWT.
Ada satu riwayat yang menyebutkan bahwa Malaikat Jibril-lah yang membawa
domba serta menukarnya dengan Nabi Ismail. Pada saat itu, ditulisan
bahwa semesta beserta isinya mengucapkan takbir demi mengagungkan
kebesaran Allah SWT atas kesabaran yang dimiliki oleh Ismail dan Ibrahim
dalam menjalankan perintah Allah yang berat tersebut. Perintah tersebut
sangatlah berat, karena di satu sisi nabi Ibrahim ingin menyembelih
nabi Ismail putera semata wayangnya demi menuruti perintah Allah,
sementara Allah memerintahkan agar pedang tersebut tidak menyembelihnya.
Allah SWT memiliki kuasa yang sangat besar. Ismail yang sudah siap untuk
disembelih atas kuasa dari Allah SWT digantilah Ismail dengan domba
besar, sehat lagi bersih. Mulai saat itulah, setiap tahunnya umat muslim
di seluruh dunia diperintahkan untuk menyembelih Qurban oleh Allah SWT.
Qurban tersebut dapat berupa domba, sapi, kerbau, ataupun unta. Serta
waktu penyembelihannya dilakukan pada setiap tanggal 10 Dzulhijjah.
Karena keikhlasan serta pengorbanan yang dilakukan oleh nabi Ibrahim as
yang rela melakukan perintah Allah untuk menyembelih Ismail maka Nabi
Ibrahim berhasil meraih predikat Khaliullah (Kekasih Allah). Semua
pengorban yang dilakukan nabi Ibrahim tersebut hanya demi mencapai
kecintannya kepada Allah SWT.
Minggu, 11 September 2016
Langganan:
Postingan (Atom)